Loading...
Kamis, 12 Oktober 2023


Khaibar.. Khaibar.. Ya, Yahuuud...


Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Hamas tiba-tiba menyerang Israel?

Dulu... mungkin juga ada yang bertanya, mengapa kaum Muslimin menyerang Khaibar?


Bukankah Yahudi Bani Nadhir telah terusir dari Madinah, bermukim di Khaibar sejauh 160 km dari kota Madinah.


Jika saat itu sudah ada kata 'teroris' mungkin kaum Muslimin akan dituduh dengan kata yang sama seperti mereka menuduh Hamas.


Perang Khaibar memang menjadi akhir dari perlawanan militer orang-orang Yahudi di masa Nabi. Setelah pengkhianatan mereka, satu persatu kabilah Yahudi terusir dari Madinah. Kala itu, di Madinah ada tiga kabilah Yahudi. Yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.


Mereka diperangi bukan karena berbeda agama dari kaum Muslimin. Tapi karena pengkhianatan mereka yang sangat kejam.


Yahudi Bani Qainuqa berkhianat usai Perang Badar. Selain mengadu domba kaum Muslimin, mereka juga melecehkan seorang wanita.


Yahudi Bani Nadhir berkhianat usai Perang Uhud. Secara terencana, mereka ingin membunuh Nabi dengan menggulingkan batu besar ke kepala beliau. Sebagai sanksinya, mereka diusir dari Madinah dan kabur ke Khaibar.


Adapun Yahudi Bani Quraizhah berkhianat saat Perang Khandaq dan mereka pun dieksekusi.


Usai menyepakati Perjanjian Hudaibiyah dengan kafir Quraisy, kaum Muslimin segera bergerak ke Khaibar. Dari sini muncul pertanyaan, mengapa Nabi menyerang mereka?


Bukankah orang-orang Yahudi itu sudah meninggalkan Madinah? Mereka telah kabur dan berdiam di Khaibar yang jaraknya tidak kurang dari 160 km.


Ini bukan perkara sehari dua hari. Bahaya Yahudi di Khaibar sejak lama dan selamanya akan tetap menimbulkan ancaman. Keberadaan mereka di Khaibar ibarat api dalam sekam. 

Sebelumnya, tak hanya pernah ingin membunuh Nabi. Yahudi Khaibarlah yang menggagas Perang Ahzab dan memprovokasi kafir Quraisy dan sekutunya untuk menyerang kaum Muslimin.


Dr Munir Muhammad Ghadhban menyebut, "Yahudi Khaibarlah penggagas Perang Ahzab."

(Al Manhaj Al Haraki).


Saat Perang Khandaq juga, merekalah yang memprovokasi Yahudi Bani Quraizhah agar mengkhianati kaum Muslimin di Madinah.


Selain itu, Yahudi Bani Nadhir bukan hanya menjadikan Khaibar tempat bermukim, tapi sebagai markas militer. Jika tetap dibiarkan, akan sangat membahayakan suatu saat kelak.


Menaklukkan Khaibar bukan tanpa resiko dan perjuangan berat. Jumlah pasukan kaum Muslimin hanya sekitar 1600 orang, sedangkan Yahudi di Khaibar lebih dari 10 ribu orang. Belum lagi benteng-benteng Khaibar yang kokoh, berada di bebukitan terjal, teramat sulit ditaklukkan.


Jika saja Nabi berprinsip: kekuatan kaum Muslimin tidak ada apa-apanya dibanding Yahudi di Khaibar, maka bumi Khaibar tidak akan pernah ditundukkan.


Sifat orang-orang Yahudi memang tak pernah kenal dengan perjanjian dan perdamaian. 

Berdamai dengan Yahudi berarti juga siap untuk dikhianati.

Tak ada dalam kamus sejarah bahwa Yahudi bisa menjadi kawan yang mau diajak hidup damai.


Mereka hanya bisa ditaklukkan dengan seruan: Khaibar... Khaibar ya Yahuuud... Jaisyu Muhammad saufa ya'uuud...


Dan tentara Hamas hapal betul yel yel ini.


Dr Hepi Andi Bastoni, MA. MPd.I

Founder Pusat Kajian Sirah


Khaibar... Khaibar ya Yahuud.. Jaisyu Muhammad saufa ya'uuud.. 

(Khaibar... Khaibar wahai Yahudi... Tentara Muhammad akan kembali...)

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP