Siapa yang tidak pernah mendengar lembaga kursus matematika (awalnyaa matematika saja kemudian berkembang ke bidang studi yg lain) yang berasal dari Jepang "KUMON" ?
Pasti hampir tidak ada. Saya yakin pasti kita semua sudah mengenal atau bahkan tidak sedikit yang memasukkan putra/i nya ke lembaga kursus tersebut.
Awal masuk kursus di KUMON selalu dilakukan tes penempatan untuk mengevaluasi seberapa jauh penguasaan anak dalam bidang studi tersebut.
Kemudian, setelah hasilnya dievaluasi, barulah tingkatan si anak akan ditentukan. Yang menarik di KUMON ini, tingkatan anak ditentukan bukan sesuai dengan hasil evaluasinya, namun si anak nanti akan mulai kursus dengan tingkatan dua level di bawah kemampuannya.
Misalnya untuk bidang studi Matematika, sebenarnya hasil test anak menunjukkan level D, tapi nanti anak tersebut tidak akan mulai dari level D, melainkan akan mulai dari level B.
Sangat menarik, bukan? Pertanyaannya mengapa Kumon menerapkan hal demikian ?
Tujuan utamanya adalah agar anak dapat mengerjakan soal-soal dengan mandiri, penuh kemudahan dan akan mendapatkan hasil yang terbaik. Dari keberhasilan kecil ini nanti anak akan merasakan suatu perasaan keberhasilan (sense of accomplishment) sehingga akan timbul rasa percaya diri bahwa dirinya bisa dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Hal inilah yang nantinya akan memicu semangat sehingga anak menggemari pengerjaan latihan-latihan soal tersebut. Setelah anak merasa nyaman dan enjoy, barulah berikutnya sedikit demi sedikit tingkat kesulitan pengerjaan soal itu dinaikkan secara bertahap sembari dengan terus mengevaluasi peningkatan kemampuan mereka.
Hal sebagaimana tertulis di atas sebenarnya bukan hanya menjadi konsumsi anak-anak. Orang dewasa pun merasakan hal yang sama. Bila kita memulai suatu pekerjaan yang sangat sulit, akan timbul perasaan enggan, malas dan terkadang malah putus asa.
Namun bila kita menerima beban berangsur-angsur yang mana di tahapan awal kita berhasil menuntaskan pekerjaan tersebut, maka akan muncul semangat dan energi tambahan untuk mengejar tantangan-tantangan berikutnya. Suatu perasaan yang sangat manusiawi.
Jadi, dalam mengajari anak marilah kita mulai dari yang mudah, sampai anak enjoy menjalani prosesnya. Biarkan anak merasa nyaman dulu, baru kemudian secara bertahap kita dapat meningkatkan targetnya.
Penulis :
Umi Kirana
Founder Sekolah Quran Asy Syahid
#manqul
0 komentar:
Posting Komentar